
masjid lama
sumber foto: Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari

masjid baru
sumber foto: Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari
Masjid Tegalsari termasuk satu diantara masjid tertua di Indonesia sebab dibuat sekitar tahun 1669 M. Masjid tegalsari adalah peninggalan dari seorang ulama besar yang bernama Kyai Ageng Moh. Besari. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan masji kuno akulturasi dari agama islam, budaya lokal jawa dan hindu.
Masjid tegalsari ini berdiri di atas tempat seluas 45.000 m2 yang mana menyatu dengan pondok pesantren tegalsari. Masjid ini berarsitektur jawa terdiri dari tiga bangunan yang saling berhimpit, berorientasi barat-timur, bangunan masjid beratap tajug tumpang tiga (atap bermodel kerucut). Dalam masjid utama memliki 36 tiang yaitu terdapat 4 buah saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir penyangga atap tajug yang dipasang dengan sistem ceblokan. Banyak tiang mempunyai arti mengenai wali/wali songo (3+6=9) yang menyebarkan kepercayaan kepada tuhan Islam di Pulau Jawa dan atap bermodel kerucut mengambarkan keagungan Allah swt.
Beberapa keunikan Masjid Jami Kyai Muhammad Besari antara lain adalah Kubah masjid yang terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Terdapat juga payung kebesaran, Batu Tangga (Pijak) peninggalan Kerajaan Majapahit berukuran 1 x 0,6 meter.
Dalam masjid tegalsari ini Terdapat mihrab dengan mimbar kayu berukir disana, yang sebetulnya merupakan replika dari mimbar asli yang telah rusak yang dibuat pada abad 18 lalu. Mihrabnya merupakan sebuah ceruk yang dibingkai kayu ukiran dengan bentuk dan stilirasi dari kalarnakara. Dinding masjid tegalsari dihiasi dengan kaligrafi serta ada prasati purna pugar.
sumber foto: Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari
